Kenapa Bumi Bergerak?
Buletin divisi ilmiy Sahara #ksc
edisi I
Dahulu ketika Rasul masih hidup, bumi ini pernah bergetar dan bergerak. Getaran dan gerak bumi itu, terjadi di bawah telapak kaki Rasul SAW, manusia paling dekat dekat dengan Allah SWT karena ketakwaannya. Dan zaman kehidupan Rasulullah dan para sahabat adalah sebaik-baik zaman yang pernah berlaku. Saat getaran dan gerakan bumi itu dirasakan Rasul, ia segera meletakkan tangannya di atas tanah, lalu berucap, “Diamlah…belum datang saatnya untukmu bergerak.” (Hadist Mursal, Al Jawab Al Kahfi, Ibnu Qoyyim)
Gempa bumi, tidak hanya terjadi di masa Rasul SAW. Di zaman Khollifah Umar bin Khottob ra, bumi juga pernah bergetar. Ketika itu Umar ra berkata, “Wahai manusia, getaran bumi ini tidak lain karena sesuatu (kemaksiatan) yang kalian lakukan.” Dalam bab Manaqib Umae, kitab Rasa-il Ibnu Abi Duniya disebutkan kisah lainnya, tatkala bumi bergetar di zaman Umar ra, ia menepukkan tangan di atas tanah dan berkata, “Kenapa kamu, kenapa kamu…?! Bukankah jika datang hari kiamat, bumi ini akan menceritakan seluruh beritanya?” Saat itu Ka’ab berkata, “Sesungguhnya bumi bergerak jika diperlakukannya di atasnya kemaksiatan. Karena itu bumi bergetar untuk menghindar dari Allah SWT (takut) dilihat oleh Allah SWT.”
Bumi ini adalah bagian kecil dari alam semesta yang sunguh-sungguh tanduk pada ketentuan dan perintah Allah SWT, seluruhnya bergerak dan diam karena ketetapan Allah SWT. Sejumlah hadist memberikan pengertian untuk kita bahwa gerak dan diamnya bumi mempunyai keterkaitan dengan tingkah laku makhluk Allah yang ada di atasnya, dan juga menanamkan pemahaman dalam hati kita bahwa kemaksiaatan dan kejauhan hidup dari kehendak Allah SWT, bisa mempengaruhi gerak dan diamnya bumi.
Inilah kita. Makhluk kecil diantara makhluk-makhluk yang tak terhitung jumlahnya, yang hidup diantara hamparan kekuasaan Allah SWT. Makhluk yang hidup di bumi, diantara hamparan kekuasaan Allah SWT. Makhluk yang hidup di bumi, di antara pergerakan alam yang begitu teratur. Gempa bumi, hujan, angin, petir, tsunami, adalah bagian dari pergerakan alam yang tunduk pada perintah Allah SWT. Jika tuntunan Al-Qur’an dan hadist serta perikehidupan salafushalih selalu mengaitkan situasi hidup ini dengan perilaku manusia, maka Amir bin Abdillah setiap mendengar gelegar petir pun mengatakan, “Sesungguhnya ini adalah ancaman bagi penduduk bumi.” Rasul mengajarkan sebuah doa untuk kita ucapkan saat mendengar suara petir: “Allahmumma laa taqtulna bighadabika wala tuhlikna bi’adzabika wa afina qobla dzaalik.” Ya Allah jangan Engkau bunuh kami dengan kemarahan-Mu dan janganlah Engkau hancurkan kami dengan adzab-Mu dan maafkanlah kami sebelum ini.” (HR. Bukhori). Dalam hadist yang lain Rasul bersabda, “Jika kalian mendengar petir maka berdzikirlah kepada Allah karena petir tidak akan menyambar orang yang berdzikir. (HR. Thabrani)
Saudaraku, tetaplah berdzikir untuk melindungi diri dari bahaya, bertanyalah pada diri sendiri. Tentang lali dosa yang melumuri tubuh ini. Kita sungguh-sungguh berada di tengah kekuatan yang Maha Dahsyat, yang sama sekali tidak mungkin kita tolak. Kita bahkan mungkin mengabaikan perilaku keliru tapi kita tidak menganggapnya sebagai kesalahan, kita bertuhan kepada hokum adat istiadat, kebiasaan dan segala macam aturan yang dibuat manusia, kita mengabaikan hikum-hukum Allah, kita lebih takut kepada cemooh manusia dari pada mengindahkan aturan Allah SWT. “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu agar mentaati Allah, tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam negeri itu, maka sepantasnya berlakulah erhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan samasekali negeri itu.” (QS. 17; 16) Wallaua’lam bishowab.
Komentar
Posting Komentar